Monday, February 09, 2009

Dua Setengah Jam di FES 2009

Hari Sabtu lalu kami sekeluarga menyempatkan diri mengunjungi Festival Ekonomi Syariah 2009 yang bertempat di Jakarta Convention Center (JCC) Senayan. I know, from the title, it looked like a veeery boring weekend-quality-family time burner. Well, I wouldn’t say it was highly amusing, tapi setidaknya ada tambahan pengetahuan yang kami peroleh di sana.

Sempat ditodong juga untuk apply kartu kredit – bagiku istilah ini tetap pas meski Mbak Marketing-nya berkeras gak mau menyebutnya ‘kartu kredit’ – yang hari itu juga baru diluncurkan: BNI Hasanah Card. Ya wis, isi aja formulirnya biar dapat suvenir. Kalo beneran di-approve (apalagi kalau dikasih limit lebih tinggi), ya tinggal BNI Card lamaku dimuseumkan :-)

Perbedaannya dengan kartu kredit konvensional mudah ditebak: jangan ada riba di antara kita. Di sini penundaan pembayaran melebihi tenggat akan dikenai ‘monthly membership fee’ yang besarnya berbanding lurus dengan nilai tunggakan (Horotoyoh, terus bedanya dengan bunga apa? Mbuh ra weruh, for the moment aku percaya dulu aja sama Dewan Pengawas Syariah atau whoever authorities yang memberi cap syariah pada produk ini).
Nina dan bundanya yang kuterlantarkan di Kids' Spot sementara aku berkeliaran dari stand ke stand
Konsekuensinya, bunga berbunga katanya tidak akan terjadi. Bottom line (lagi-lagi katanya): ‘kredit’ akan menjadi lebih murah dengan kartu ini – yang mana bagiku pribadi tidak akan memberikan manfaat signifikan mengingat sikap tegasku dalam penggunaan kartu plastik ajaib ini.

Jadi apakah aku terkena sharia sales gimmick? Kalaupun iya, yo ben, sing penting judule syariah dhisik, hihihi...

Informasi utama yang sebenarnya ingin kugali dari pameran ini adalah tentang investasi di BMT. Seorang teman lama (suwun untuk pencerahannya, Mbah Rist) sudah cukup lama merekomendasikan untuk memilih produk bagi hasil dari BMT-BMT karena langsung bergumul di sektor riil bersama pengusaha kecil dan mikro. Di saat krisis seperti ini bila kita bersama-sama menggerakkan perekonomian rakyat, teorinya bangsa ini akan bisa survive bahkan berkembang. Intinya adalah bagaimana duit itu bisa trickle-down lalu berputar sampai ke pengusaha akar rumput.

Bagi hasilnya bagus gak? Performanya beberapa tahun terakhir ini cukup menggiurkan: rata-rata di atas 12% per tahun – setelah pajak.

Keputusannya? Langsung menanam modal di sana? Belum. Lha wong menurut Mbak CS-nya minimum investasinya 50 jeti (link perusahaannya ada di sini – kebetulan foto mbak itu juga nampang di sana. Ada yang pengen tau nama dan nomer HP-nya? Kekeke...).

Karena dana segar sesegar itu belum ada, sementara ini tarik nafas dulu ah, sambil ancang-ancang membidik sukuk ritel dari pemerintah yang angka pembelian minimumnya lebih bersahabat. Namun untuk ke depannya, for sure, aku akan menjadikan BMT salah satu keranjang telur keluarga kami.

5 comments:

Anonymous said...

bukannya dalam islam sebaiknya tidak berhutang..? gimana sih BNI syariah kok ga konsisten malah nawarin kartu kredit?

KangBono™ said...

Wah Put, pertanyaanmu kalau dibahas tuntas, bisa jadi satu tesis tuh :-)

Intinya, di tengah masyarakat yang sudah begitu tergantung berbagai produk perbankan konvensional berbasis riba, eh bunga, Hasanah Card ini mungkin bisa menjadi alternatif kemudahan bertransaksi yang 'islami'.

Anonymous said...

......yang mana kelebihan 'gak ada bunga, gak ada riba' itu tak banyak nilai lebihnya bagi mereka2 yg berprinsip 'kartu kredit hanya utk mempermudah transaksi' dan 'gak mau ngutang pake kartu kredit, selalu bayar lunas' hehehe............

Eko Eshape said...

Kang, ini berita menarik deh.

Aku pernah mbayar kartu kredit tapi gak terbayar semua, sehingga aku kena bunga 1.8 juta.

Nah, masalahnya aku mbayarnya cuma kurang sedikit saja, tapi akibatnya kena bunga yang sebegitu gedhenya.

Sampai thenger2 deh.

Padahal kartu kredit biasanya hanya untuk penundaan pembayaran [ora nggowo duwit terus pakai kartu plastik dulu].

Kalau di BNI Card enak tuh. Disitu disebutkan berapa yang harus dibayar dan kita dipersilahkan mbayar semampu kita, tapi di BANK lain gak ada besar tagihan, jadi kalau gak bawa tagihan ya kejadiannya bisa kurang bayar seperti yang kualami.

Nah, kartu kredit BNI Syariah ini perlakuannya gimana ya?

Kayaknya perlu nanya mbak Linda Jember yang kerja di BNI nih.

SOalnya kalau nanya kang Bono perlu satu tesis lagi ...

Salam

TFS

KangBono™ said...

Huhuhu, masa jauh2 ke Jember nanyanya. Lagian blio kan di BNI konvensional, bukan yg syariah. Jgn2 nanti (with all due respect to Linda) yg ditanya tdk lbh tau dari yg bertanya.

Klo mo lbh kumplit keterangannya, ke CS BNI Syariah wae Mas, wong tinggal tlp aja koq ;-)