Sunday, February 24, 2008

Hikmah di Balik Tragedi

Sedih pasti. Tapi rasa lega ternyata membumbui juga perasaanku saat malam itu, 15 Februari 2008 jam 20.30, adik iparku mengabarkan meninggalnya bapak mertua via telepon. Istriku menangis meraung beberapa saat. Tapi kami lalu berhenti meratap dan menguatkan hati bahwa hidup kudu jalan terus dan kita harus ambil hikmah sebesar-besarnya dari peristiwa ini.

Penderitaan dan kesakitan beliau selama kurang lebih dua setengah tahun ini berakhir sudah.
Multiple myeloma yang divoniskan kepada beliau akhirnya memang menjadi pemenang. Kanker ganas yang menyerang plasma sel sumsum tulang itu diketahui telah menjalari dan merusak habis ginjal beliau semenjak hampir setahun lalu. Di Amerika, rata-rata waktu bertahan pasien setelah didiagnosis kanker yang satu ini adalah tiga tahun.

Rasa sedih semakin terkikis juga saat mendengar cerita ibu mertuaku. Beliau yang hampir 'kecolongan' karena sempat keluar rumah sebentar akhirnya bisa mendampingi suaminya di saat-saat terakhir dan sukses menuntunnya membaca takbir hingga nafas yang pungkasan. Kelelahan mengurus suami sepulangnya mengajar (ibu mertuaku seorang guru SD) dan waktu istirahat yang praktis habis karena tak pernah tidur cukup rasanya terbayar dengan tenangnya kepergian Bapak. Semoga inilah 'akhir yang baik' yang sering dibicarakan orang.
Makam Bapak menjelang selesai diurug

Sungguh berkat kemurahan Allah semata ini terjadi saat aku sedang liburan di Jakarta, tidak ketika aku sedang berada in the middle of nowhere di ujung Mahakam. Keberadaanku bersama anak istri jelas memudahkan pengaturan perjalanan kami ke Jogja dan sebagainya.

Bagiku pribadi jelas sekarang aku menjadi lebih tenang saat berangkat tugas lapangan, jauh dari keluarga. Rasa deg-degan waktu mendengar dering henpon pasti akan berkurang juga. Apalagi ada seorang adik sepupu yang baru diterima kerja di Jakarta yang akan tinggal bersama kami dan turut menemani anak istriku.

Bagi istri, ibu mertua dan adik iparku? Semoga kehilangan ini justru membuat mereka lebih tabah dan kuat menghadapi masa depan. Lembaran naskah cerita yang baru telah dibuka-Nya untuk mereka. Tentunya dengan suntingan yang terbaik.

Selamat jalan, Bapak.

2 comments:

Anonymous said...

Turut berduka cita ndan, semoga almarhum khusnul khotimah

Anonymous said...

Duh Bon..
Inna lillahi wa inna ilaihi rajiun..
Mudah2an keluarga yang ditinggalkan diberi ketabahan ya..