Bagaimana kalau Anda mendapat ucapan selamat tahun baru pada tanggal 20 Desember? Atau ucapan selamat ulang tahun lima hari sebelum hari jadi Anda? Atau ucapan selamat menempuh hidup baru seminggu sebelum Anda melangsungkan pernikahan? Kalau saya di posisi Anda, saya akan merasa janggal.
Mengapa sih kita harus berlomba mengucapkan 'Selamat Hari Raya Idul Fitri, mohon maaf lahir dan batin' dan yang semacamnya seolah pengucap pertama akan mendapatkan emas olimpiade? I mean, c'mon people, look at this silliness: saat Bulan Puasa baru berjalan beberapa hari, sudah banyak kita jumpai ucapan Selamat Hari Raya di media massa. Dan seminggu terakhir ini semakin menjadi-jadi. Parahnya, kita juga terlibat di dalamnya.
Email dan SMS sudah 'beterbangan', bahkan sebagian dari kita sudah saling menyalami, mohon maaf lahir batin - tulus atau lip-service (most likely lip-service, default setting, because it's an annual habit) - sejak beberapa hari yang lalu.
Alasan klasik: pada malam takbiran atau tanggal 1 Syawal, jaringan seluler bakal terlalu crowded. Atau: orang-orang kan mau mudik, ya ucapannya 'in advance' aja, mumpung ada orangnya, soalnya baru bisa ketemu lagi pada H+10. Dan seterusnya.
Well, guys, I don't buy that. I'm sorry (lahir batin, wekekeke... Wait a minute, what the heck is 'lahir batin' supposed to mean anyway?). Seperti pelari olimpiade, mereka tidak merayakan kemenangan sebelum tiba di garis finis. Jadi, to all my friends yang sudah kirim email dan SMS Lebaran: tolong bersabar ya, I'll reply to that when the time has come. You do expect me to reply, don't you?
Mengapa sih kita harus berlomba mengucapkan 'Selamat Hari Raya Idul Fitri, mohon maaf lahir dan batin' dan yang semacamnya seolah pengucap pertama akan mendapatkan emas olimpiade? I mean, c'mon people, look at this silliness: saat Bulan Puasa baru berjalan beberapa hari, sudah banyak kita jumpai ucapan Selamat Hari Raya di media massa. Dan seminggu terakhir ini semakin menjadi-jadi. Parahnya, kita juga terlibat di dalamnya.
Email dan SMS sudah 'beterbangan', bahkan sebagian dari kita sudah saling menyalami, mohon maaf lahir batin - tulus atau lip-service (most likely lip-service, default setting, because it's an annual habit) - sejak beberapa hari yang lalu.
Alasan klasik: pada malam takbiran atau tanggal 1 Syawal, jaringan seluler bakal terlalu crowded. Atau: orang-orang kan mau mudik, ya ucapannya 'in advance' aja, mumpung ada orangnya, soalnya baru bisa ketemu lagi pada H+10. Dan seterusnya.
Well, guys, I don't buy that. I'm sorry (lahir batin, wekekeke... Wait a minute, what the heck is 'lahir batin' supposed to mean anyway?). Seperti pelari olimpiade, mereka tidak merayakan kemenangan sebelum tiba di garis finis. Jadi, to all my friends yang sudah kirim email dan SMS Lebaran: tolong bersabar ya, I'll reply to that when the time has come. You do expect me to reply, don't you?
No comments:
Post a Comment