skip to main |
skip to sidebar
Berita tentang kematian DR. Azahari Husain sungguh fenomenal. TV, koran, situs-situs berita, semua menjadikannya headline. Bahkan sampai jenazah gembong teroris itu hendak dipulangkan ke tempat kelahirannya, liputannya sama sekali tidak mereda.
Sungguh menggelikan melihat kru-kru berbagai media mengikuti perjalanan mayat itu ke sana. Apa yang ada di benak mereka? Seorang tokoh besar telah mangkat dan harus diliput sampai ke liang lahat?
Aku tahu, aku tahu! Pasti mereka terlalu banyak nonton Hidayah, Rahasia Ilahi, Yoyo 3 (! We're a sick country, aren't we? At least those producers are!) dan sinetron mistik berbungkus agama - atau the-story-follows-the-stupid-trend-but-ridiculously-too-obvious sinetrons - lainnya. Mereka berharap ada kejadian luar biasa di pemakaman 'orang jahat' itu dan tak mau melewatkan kesempatan emas mengambil gambarnya! Mungkin saja lubang kuburnya menyempit, mengeluarkan air comberan, dipenuhi ular, meledak atau jenazah ibunya di liang sebelah marah-marah dan nggebukin dia kan?
Viva trends and aji mumpungs!
Oh, and it's completely normal if you think this post is sarcasm.
Kemarin petang aku nonton sebuah acara di salah satu TV swasta yang bertema rekomendasi ke restoran-restoran, hotel, sarana rekreasi, tempat-tempat hang-out dan sejenisnya. Salah satu tempat yang diunggulkan di edisi kemarin adalah sebuah rumah makan yang menyajikan masakan khas Malaysia.
Sebentar, sebentar... Malaysia? Wah, kayaknya aku memang super-kuper nih. Perasaan kalau restoran spesialis masakan Cina, Perancis, Jepang ataupun Padang dan Sunda, aku sudah sering dengar. Tapi Malaysia? Terus apa dong hidangan favoritnya? Emang ada gitu?
I bet their slogan will be: Check out our special menu, the taste will EXPLODE in your mouth! Hahaha, joking, dude, joking...
Bagaimana kalau Anda mendapat ucapan selamat tahun baru pada tanggal 20 Desember? Atau ucapan selamat ulang tahun lima hari sebelum hari jadi Anda? Atau ucapan selamat menempuh hidup baru seminggu sebelum Anda melangsungkan pernikahan? Kalau saya di posisi Anda, saya akan merasa janggal.
Mengapa sih kita harus berlomba mengucapkan 'Selamat Hari Raya Idul Fitri, mohon maaf lahir dan batin' dan yang semacamnya seolah pengucap pertama akan mendapatkan emas olimpiade? I mean, c'mon people, look at this silliness: saat Bulan Puasa baru berjalan beberapa hari, sudah banyak kita jumpai ucapan Selamat Hari Raya di media massa. Dan seminggu terakhir ini semakin menjadi-jadi. Parahnya, kita juga terlibat di dalamnya.
Email dan SMS sudah 'beterbangan', bahkan sebagian dari kita sudah saling menyalami, mohon maaf lahir batin - tulus atau lip-service (most likely lip-service, default setting, because it's an annual habit) - sejak beberapa hari yang lalu.
Alasan klasik: pada malam takbiran atau tanggal 1 Syawal, jaringan seluler bakal terlalu crowded. Atau: orang-orang kan mau mudik, ya ucapannya 'in advance' aja, mumpung ada orangnya, soalnya baru bisa ketemu lagi pada H+10. Dan seterusnya.
Well, guys, I don't buy that. I'm sorry (lahir batin, wekekeke... Wait a minute, what the heck is 'lahir batin' supposed to mean anyway?). Seperti pelari olimpiade, mereka tidak merayakan kemenangan sebelum tiba di garis finis. Jadi, to all my friends yang sudah kirim email dan SMS Lebaran: tolong bersabar ya, I'll reply to that when the time has come. You do expect me to reply, don't you?