Friday, September 23, 2005

Gila Bola

Seperti kebanyakan pria, aku suka sepakbola. Aku suka bermain sepakbola, menonton pertandingannya - di stadion atau lewat TV, mengikuti berita dan perkembangannya, bahkan memainkan game-game komputer, online maupun standalone, yang bertema sepakbola. Belum sampai pada taraf 'penggila' sih - aku hanya bangun jam 2 dini hari untuk siaran langsung match yang benar-benar 'penting', macam babak akhir Liga Champions Eropa atau putaran final Piala Dunia.

Beberapa kawan 'penggila' bola begadang 2-3 kali seminggu menonton siaran langsung liga-liga reguler Eropa, sementara 'penggila' yang lain mengikuti kelompok-kelompok supporter tim lokal kesayangannya berlaga, kandang maupun tandang, bernyayi riang sepanjang pertandingan mendukung bintang-bintang pujaannya. Ada lagi yang bermain cukup sering, minimal 2 kali seminggu. Yang ini lebih positif - dan tentu jauh lebih baik untuk kesehatan daripada sekedar begadang.

Lalu, kalau yang merusak fasilitas umum, termasuk stadion timnya sendiri, menggangu ketertiban, bahkan membegal, memalak, merampok, menodong dan menjarah pedagang kaki lima? Bukan. Mereka bukan penggila bola. Mereka hanyalah preman-preman tengik yang mencari kesempatan menyalurkan hobinya. Hobi yang jelas tidak berkaitan dengan sepakbola, namun mengatasnamakan sepakbola. Menunggangi even-evennya. Dan pada akhirnya merusak nama sepakbola itu sendiri.

Mereka adalah penyakit, seperti hanya flu burung atau para wewe minyak di Lawe-Lawe, yang musti diberangus untuk mengurangi borok negeri ini. Caranya, tentu saja, akan berbeda. Preman-preman disikat di jalur hukum, flu burung supaya diperangi dengan metode medis-veterinaris (don't mind the weird word, I just invented it ;-p) dan wewe minyak Pertamina biarlah diuber Tim Pemburu Hantu (toh selama ini mereka memang senang menangkapi setan).

2 comments:

Anonymous said...

Haaa...banyak yg sedang gelisah :)

Anonymous said...

wahh, kalo aku begadangnya bukan nonton bola...tapi denger yang teriak2 nonton bola...