Kawanku ini bilang bahwa di tempatnya bekerja ada komponen gaji yang namanya 'uang liburan ke Singapura'. Uang sebesar sekian ratus dolar Amerika per anggota keluarga karyawan ini dibagikan sekali setahun.
Ok, ok, sangat masuk akal jika kita meniliknya murni dari sisi jarak. Singapura memang jauh lebih dekat daripada Bali atau bahkan Jawa dari lokasi kerjanya sekarang ('jauh lebih dekat', hehehehe, I like that phrase). Namun, bagaimanapun, bukankah embel-embel 'ke Singapura' itu sedikit menyebalkan? Memuakkan, malah, bagiku.
Dalam prakteknya, tentu saja, karyawan boleh menggunakan uang itu untuk keperluan apa saja, di mana saja (belum dapat konfirmasi sih dari dia, tapi kalau wajib ke S'pore kok kayaknya keterlaluan). Hanya saja, pengistilahan 'ke Singapura' ini menegaskan bahwa jalan-jalan keluar negeri sudah sedemikian pentingnya. Penting bagi imej perusahaan ke karyawannya: terdengar elit & mentereng. Dan memang, bagi sebagian besar kita jalan-jalan ke luar negeri itu amat sangat mentereng.
Sungguh sayang ya, padahal sangat banyak tempat jalan-jalan di negeri sendiri yang jauuuuh lebih cantik daripada Singapura. Kalah keren mungkin ya: kongkow-kongkow di Danau Toba dibanding blanja-blanji di Orchard Road? Bagiku? Tidak sama sekali. Belum lagi kalau kita kemudian bicara tentang betapa lebih baik & bergunanya kalau the so called uang liburan ini masuk ke omset industri pariwisata negeri sendiri daripada mabur ke negeri seberang... Bla bla bla...