Wuihhh, lama juga aku gak posting di sini. Semangat (dan kesempatan) ngeblog memang sedang berada di titik nadir.
Ok, setelah lebih dari sebulan lalu aku nulis tentang politik, sekarang giliran harga BBM yang akan kusinggung-singgung. Ya, ya, ya, lagi-lagi tema serius yang membosankan, mohon dimaafken, hehehe...
Begini, menurutku, kenaikan ini adalah langkah yang mau tak mau diambil pemerintah. Okelah, mahasiswa dan the so called 'rakyat' boleh berbusa-busa berdemo di jalanan untuk menolak kebijakan ini. Namun pada kenyataannya jika pil pahit ini tidak ditelan sekarang, menahan harga dengan suntikan subsidi hanyalah seperti memberi obat penghilang rasa sakit. Efeknya hanya sementara, dan pada gilirannya the pain tetap akan dirasakan juga di masa datang.
Harus diakui, dampak kenaikan harga BBM akan segera (sudah dari bulan lalu, malah) menjalar ke berbagai barang dan jasa yang lain. Ini akan memberikan efek hantam yang berat terutama bagi saudara-saudara kita yang berada di level ekonomi bawah.
But you know what, efek hantam itu memang harus dihadapi. Seberat apapun. Ini merupakan pembelajaran bagi semua agar segera siuman dari bius subsidi yang memberatkan anggaran negara selama puluhan tahun, bahkan membuat kita terpaksa berutang terus, memberatkan anak cucu kita.
Dan menjadi kewajiban bagi yang lebih mampu untuk menyangga yang kurang. Sudahkah Anda membayar pajak Anda dengan benar? Untuk yang muslim, apakah Anda sudah menunaikan zakat Anda secara betul? Sungguh, zakat ini, bila ditunaikan dan kemudian dikelola serta disalurkan dengan tepat sasaran, efeknya bisa dahsyat.
Jadi, alih-alih melakukan anarki, wahai kawan-kawan mahasiswa dan berbagai elemen masyarakat, ayolah mulai bangkit sekarang. Sadarlah, there's no turning back. Kita harus hadapi ini. Oya, dan siapa bisa menjamin harga ini tidak akan naik lagi dalam waktu dekat? Get ready, even for more punches...
Ok, setelah lebih dari sebulan lalu aku nulis tentang politik, sekarang giliran harga BBM yang akan kusinggung-singgung. Ya, ya, ya, lagi-lagi tema serius yang membosankan, mohon dimaafken, hehehe...
Begini, menurutku, kenaikan ini adalah langkah yang mau tak mau diambil pemerintah. Okelah, mahasiswa dan the so called 'rakyat' boleh berbusa-busa berdemo di jalanan untuk menolak kebijakan ini. Namun pada kenyataannya jika pil pahit ini tidak ditelan sekarang, menahan harga dengan suntikan subsidi hanyalah seperti memberi obat penghilang rasa sakit. Efeknya hanya sementara, dan pada gilirannya the pain tetap akan dirasakan juga di masa datang.
Harus diakui, dampak kenaikan harga BBM akan segera (sudah dari bulan lalu, malah) menjalar ke berbagai barang dan jasa yang lain. Ini akan memberikan efek hantam yang berat terutama bagi saudara-saudara kita yang berada di level ekonomi bawah.
But you know what, efek hantam itu memang harus dihadapi. Seberat apapun. Ini merupakan pembelajaran bagi semua agar segera siuman dari bius subsidi yang memberatkan anggaran negara selama puluhan tahun, bahkan membuat kita terpaksa berutang terus, memberatkan anak cucu kita.
Dan menjadi kewajiban bagi yang lebih mampu untuk menyangga yang kurang. Sudahkah Anda membayar pajak Anda dengan benar? Untuk yang muslim, apakah Anda sudah menunaikan zakat Anda secara betul? Sungguh, zakat ini, bila ditunaikan dan kemudian dikelola serta disalurkan dengan tepat sasaran, efeknya bisa dahsyat.
Jadi, alih-alih melakukan anarki, wahai kawan-kawan mahasiswa dan berbagai elemen masyarakat, ayolah mulai bangkit sekarang. Sadarlah, there's no turning back. Kita harus hadapi ini. Oya, dan siapa bisa menjamin harga ini tidak akan naik lagi dalam waktu dekat? Get ready, even for more punches...