Oalah, Mas, apa ya ndak terlalu mahal harga yang harus rakyat bayar (lewat APBD) bila hanya untuk membuat orang tertarik menggeluti sepakbola lalu 'mengurangi' hobinya berkelahi dan mabuk-mabukan (saya masih nggak habis pikir bahwa ada banyak orang yang actually hobinya berkelahi dan mabuk)? Seberapa signifikankah penurunan jumlah penggemar 'hobi-hobi' nyleneh itu? Bukankah justru sepakbola kita masih sangat identik dengan 'berkelahi' itu sendiri? Bukankah sebenarnya klub tidak akan terlalu besar pasak daripada tiang jika mau meminimalisasi jumlah pemain asingnya (ya, meminimalisasi, bukan seperti yang terjadi sekarang: berapa pun batas maksimalnya, segitu pula yang dikontrak dan digaji dengan uang rakyat)? Bukankah menekan - atau menghilangkan sama sekali - sumbangan APBD di klub akan menjadi lebih 'adil' bagi rakyat dan membuat klub menjadi lebih profesional? Ingat, tidak semua orang menggemari, bahkan peduli, pada sepakbola.
Ah, jangan-jangan hanya sayanya saja, yang sudah bosan dengan mahalnya sepakbola Indonesia yang belum juga beranjak ke mana-mana itu.
Updated: Selamat buat Sriwijaya FC yang tadi malam merebut Copa Indonesia lewat drama adu penalti atas Persipura Jayapura. Kalau begini, jangan-jangan uang seabreg masyarakat Palembang untuk klub memang sebanding? Oya, perayaaan kemenangannya jangan dibumbui mabuk-mabukan dan perkelahian ya? :-)
1 comment:
setubuh bro eh setuju bro!
Dana apbd tak seharusnya bwat menggaji, tp kalo emang pemda kebelet bola bgt mending anggaran tuk benerin stadion, kalo masih kurang puwas, buat aja pt/bumd yg bergerak d bidang bola/klub sepakbola tanem saham disana, d klola propesional. Tiap taon d audit, moga klub bs bertanggung jawab dan bs madjoe...
Post a Comment