“Iya, sebentar,” bergegas aku lari ke pintu depan. Ternyata Pak Sopir yang tadi mengantar kami pulang dari bandara.
“Maaf, Pak, ini tadi ketinggalan di jok belakang. Sepertinya penting sekali,” katanya sambil mengangsurkan sebuah sim card ponsel. Peluh membasahi dahi dan bajunya. Nafasnya sedikit terengah. Maklum, rumah kontrakan kami memang masuk lumayan jauh dalam gang. Apalagi dia juga pasti lari-lari supaya gerimis yang sedang turun tidak terlalu membasahi pakaiannya. Masih ditambah lagi koper bawaan kami sekeluarga yang tadi turut diangkatnya lumayan banyak. Mungkin AC di taksi belum cukup meredakan gerahnya sejak setengah jam yang lalu.
Belum sempat aku membuka mulutku, dia bergegas pamit,
“Ok, Pak, saya langsung saja, sudah ditunggu penumpang lain,” ujarnya sambil tersenyum dan kembali berlari ke arah jalan raya.
“Y..ya, Pak, makasih banyak ya. Hati-hati di jalan,” jawabku setengah berteriak.
Bersungut-sungut, kuamati barang mungil itu di telapak tanganku. Ah, seandainya sim card bekas ini kemarin langsung kubuang saja, tidak pakai acara disimpan-simpan segala di dompetku.
“Semoga Allah melancarkan tugas dan rezekimu, Pak Sopir,” bisikku sambil menutup pintu.
...terinspirasi pengalaman pribadi...
“Maaf, Pak, ini tadi ketinggalan di jok belakang. Sepertinya penting sekali,” katanya sambil mengangsurkan sebuah sim card ponsel. Peluh membasahi dahi dan bajunya. Nafasnya sedikit terengah. Maklum, rumah kontrakan kami memang masuk lumayan jauh dalam gang. Apalagi dia juga pasti lari-lari supaya gerimis yang sedang turun tidak terlalu membasahi pakaiannya. Masih ditambah lagi koper bawaan kami sekeluarga yang tadi turut diangkatnya lumayan banyak. Mungkin AC di taksi belum cukup meredakan gerahnya sejak setengah jam yang lalu.
Belum sempat aku membuka mulutku, dia bergegas pamit,
“Ok, Pak, saya langsung saja, sudah ditunggu penumpang lain,” ujarnya sambil tersenyum dan kembali berlari ke arah jalan raya.
“Y..ya, Pak, makasih banyak ya. Hati-hati di jalan,” jawabku setengah berteriak.
Bersungut-sungut, kuamati barang mungil itu di telapak tanganku. Ah, seandainya sim card bekas ini kemarin langsung kubuang saja, tidak pakai acara disimpan-simpan segala di dompetku.
“Semoga Allah melancarkan tugas dan rezekimu, Pak Sopir,” bisikku sambil menutup pintu.
...terinspirasi pengalaman pribadi...
No comments:
Post a Comment